Beranda | Artikel
Lima Nikah Siri Menurut Tinjauan Islam - Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily #NasehatUlama
Selasa, 14 September 2021

Lima Nikah Siri Menurut Tinjauan Islam – Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily #NasehatUlama

 

Nikah Siri. Nikah Siri adalah pernikahan yang disembunyikan dan tidak diumumkan.

Nikah Siri ini memiliki beberapa bentuk:
(NIKAH SIRI BENTUK PERTAMA) Tanpa wali, tanpa saksi, dan tidak diumumkan.

Jadi pernikahannya tanpa wali, tanpa saksi, dan tidak diumumkan.

Seorang lelaki bersanding dengan wanita dan mereka berdua menulis sendiri akta nikahnya.

Kemudian si wanita itu membawa aktanya dan dia simpan dalam sakunya.

Dan si lelaki tersebut juga mengambil aktanya dan dia simpan dalam sakunya.

Dan sangat disayangkan, ini banyak terjadi di kampus-kampus.

Terkadang mereka menyewa apartemen atau rumah, mereka menyewa apartemen.

Kemudian pasangan ini datang dari jam sekian hingga jam sekian.

Dan kemudian ada pasangan berikutnya datang dari jam sekian hingga jam sekian.

Dan Nikah Siri seperti ini TIDAK SAH dengan kesepakatan para ulama.

Nikah Siri seperti ini HARAM dan TIDAK SAH dengan kesepakatan para ulama.

Dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan pernikahan dalam syariat Islam.

(NIKAH SIRI BENTUK KEDUA)
Pernikahan dengan wali dan saksi namun tidak disebarluaskan beritanya.

Pernikahan dengan wali dan saksi namun tidak disebarluaskan beritanya.

Ada wali dan dua saksi, namun mereka bersepakat untuk menyembunyikan kabar pernikahan mereka.

Tidak disebarluaskan dan tidak dikabarkan kepada seorang pun.

Dan nikah ini hukumnya MAKRUH menurut pendapat mayoritas ulama,namun pernikahannya SAH,

namun pernikahannya sah, karena menurut mereka telah terpenuhi semua syarat-syaratnya.

Tapi dalam mazhab Maliki pernikahan seperti ini TIDAK BOLEH dan TIDAK SAH hukumnya.

Karena di antara syarat pernikahan dalam mazhab Maliki adalah diumumkannya kabar pernikahan.

Dan ini juga pendapat imam Ahmad dalam salah satu riwayat dari beliau.

Dan yang lebih tepat, -dan Allah yang lebih mengetahui,- bahwa nikah seperti ini SAH hukumnya.

Namun nikah seperti ini tidak selayaknya dilakukan oleh seorang muslim, karena hukum asal dalam pernikahan adalah diumumkan kabarnya.

(NIKAH SIRI BENTUK KETIGA)
Dan bentuk yang ketiga adalah pernikahan dengan dua saksi namun tanpa wali.

Bentuk yang ketiga adalah pernikahan dengan dua saksi namun tanpa wali.

Seorang wanita mendatangi lelaki, temannya atau rekannya dan berkata, “Mari kita menikah!”

Dan mereka mendatangkan dua saksi dari kalangan teman-teman mereka.

Dan orang ini bersaksi untuk orang itu, orang ini bersaksi untuk orang itu.

Dan orang ini bersaksi untuk orang itu dan banyak orang di pasar bisa disuruh.

Tapi tanpa adanya wali, nikah ini HARAM dan TIDAK SAH menurut mayoritas ulama.

Mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali mengharamkannya dan tidak sah menurut mereka.

Adapun menurut mazhab Hanafi ini boleh.

Namun pendapat yang kuat adalah pendapat mayoritas ulama (bahwa nikahnya HARAM dan TIDAK SAH), karena tidak adanya wali.

Karena adanya wali adalah syarat sahnya pernikahan.

(NIKAH SIRI BENTUK KEEMPAT)
Dan bentuk keempat adalah pernikahan dengan wali tapi tanpa adanya saksi.

Walaupun disebarluaskan kabarnya di suatu tempat dan disembunyikan di tempat yang lain.

Jadi, ada walinya tapi tidak ada saksinya, dan disebarkan beritanya di sebagian tempat dan disembunyikan di tempat lain.

Seseorang pergi dari UEA ke sebuah negara yang jauh.

Dan di sana dia menikah dengan disertai wali tapi tidak ada saksinya, dan disebarkan kabarnya di tengah keluarga, di negara sana.

Bahwa si fulan telah menikahi si fulanah tapi dia tidak menyebarkan beritanya di UEA.

Jadi kabar pernikahannya disebarkan di negara sana namun disembunyikan di negara ini

Tapi perhatikan, aku berkata bahwa penikahannya tanpa saksi.

Pernikahan seperti ini HARAM dan TIDAK SAH menurut pendapat mayoritas ulama.

Nikah seperti ini HARAM dan TIDAK SAH menurut pendapat mayoritas ulama karena tidak adanya saksi.

Tapi sah menurut mazhab Maliki dan imam Ahmad dalam salah satu riwayat dari beliau, karena selama pernikahan sudah diumumkan dan diketahui khalayak maka boleh dan sah.

Walaupun disembunyikan kabarnya di tempat yang lain.

(NIKAH SIRI BENTUK KELIMA)
Adapun jika pernikahannya disertai wali dan para saksi, kemudian disebarkan beritanya di suatu tempat TAPI DISEMBUNYIKAN DI TEMPAT LAIN, maka pernikahan ini SAH dan aku tidak mendapati adanya perselisihan dalam hal ini.

Yakni jika pernikahannya dengan wali, para saksi, dan disebarluaskan kabarnya di suatu tempat, misalkan di negara si istri, kabar ini disebarluaskan sehingga diketahui khalayak, namun disembunyikan di tempat lain karena menurut si suami hal itu ada maslahatnya, maka pernikahan seperti ini BOLEH dan SAH dan aku tidak mendapati ada perbedaan pendapat dalam hal ini.

==========================

نِكَاحُ السِّرِّ وَمَعْنَى نِكَاحِ السِّرِّ النِّكَاحُ الْمَكْتُومُ غَيْرُ الْمُعْلَنِ

وَلَهُ صُوَرٌ الصُّورَةُ الْأُوْلَى أَنْ يَكُونَ بِلَا وَلِيٍّ وَلَا شُهُودٍ وَلَا إِعْلَانٍ

أَنْ يَكُونَ بِلَا وَلِيٍّ وَلَا شُهُودٍ وَلَا إِعْلَانٍ

يَجْلِسُ الشَّابُّ مَعَ الْفَتَاةِ وَيَكْتُبَانِ وَرَقَةً وَرَقَةَ الزَّوَاجِ بَيْنَهُمَا

وَتَأْخُذُ هِيَ الْوَرَقَةَ وَتَضَعُهَا فِي جَيْبِهَا

وَيَأْخُذُ الْوَرَقَةَ وَيَضَعُهَا فِي جَيْبِهِ

وَيَكْثُرُ لِلْأَسَفِ فِي الْجَامِعَاتِ

وَقَدْ يَسْتَأْجِرُونَ شُقَّةً مَجْمُوعَةً يَسْتَأْجِرُونَ شُقَّةً

يَذْهَبُ بَعْضُهُمْ مِنَ السَّاعَةِ كَذَا إِلَى السَّاعَةِ كَذَا

وَالثَّانِي مِنَ السَّاعَةِ كَذَا إِلَى السَّاعَةِ كَذَا

وَهَذَا النِّكَاحُ بَاطِلٌ بِاتِّفَاقِ الْأَئِمَّةِ

هَذَا النِّكَاحُ حَرَامٌ وَبَاطِلٌ بِاتِّفَاقِ الْأَئِمَّةِ

وَلَيْسَ مِنَ النِّكَاحِ الشَّرْعِيِّ فِي شَيْءٍ

وَالصُّورَةُ الثَّانِيَةُ أَنْ يَكُونَ بِوَلِيٍّ وَشُهُودٍ مِنْ غَيْرِ إِعْلَانٍ

أَنْ يَكُونَ بِوَلِيٍّ وَشُهُودٍ مِنْ غَيْرِ إِعْلَانٍ

فَيَكُونُ بِوَلِيٍّ ويَكُونُ بِشَاهِدَينِ لَكِنْ يَتَوَاصَوْنَ بِكِتْمَانِهِ

لَا يُعْلِنُونَهُ وَلَا يُخْبِرُونَ بِهِ أَحَدًا

وَهَذَا النِّكَاحُ مَكْرُوهٌ عِنْدَ الْجُمْهُورِ

وَلَكِنَّهُ نِكَاحٌ صَحِيحٌ

وَلَكِنَّهُ نِكَاحٌ صَحِيحٌ لِاجْتِمَاعِ الشُّرُوطِ عِنْدَهُمْ

وَعِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ لَا يَجُوزُ هَذَا النِّكَاحُ وَهُوَ نِكَاحٌ بَاطِلٌ

لِأَنَّ شَرْطَ النِّكَاحِ عِنْدَهُمْ الْإِعْلَانُ

وَكَذَلِكَ عِنْدَ الْإِمَامِ أَحْمَدَ فِي رِوَايَةٍ

وَالْأَقْرَبُ وَاللهُ أَعْلَمُ أَنَّهُ لَيْسَ بَاطِلًا

لَكِنْ لَا يَنْبَغِي لِلْمُسْلِمِ أَنْ يُقْدِمَ عَلَيْهِ

لِأَنَّ الْأَصْلَ فِي النِّكَاحِ الْإِعْلَانُ

وَالصُّورَةُ الثَّالِثَةُ أَنْ يَكُونَ بِشَاهِدَينِ وَبِلَا وَلِيٍّ

الصُّورَةُ الثَّالِثَةُ أَنْ يَكُونَ بِشَاهِدَينِ وَبِلَا وَلِيٍّ

تَأْتِي الْفَتَاةُ إِلَى الشَّابِّ إِلَى زَمِيلِهَا إِلَى صَدِيقِهَا وَتَقُولُ: تَعَالَ نَتَزَوَّجُ

وَيَأْتِيَانِ بِشَاهِدَينِ مِنْ زُمَلَائِهِمَا

وَهَذَا يَشْهَدُ لِهَذَا وَهَذَا يَشْهَدُ لِهَذَا

وَهَذَا يَشْهَدُ لِهَذَا وَالسُّوقُ رَائِجَةٌ

وَبِدُونِ وَلِيٍّ وَهَذَا النِّكَاحُ حَرَامٌ وَبَاطِلٌ عِنْدَ الْجُمْهُورِ

الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ هَذَا النِّكَاحُ حَرَامٌ وَبَاطِلٌ عِنْدَهُمْ

وَعِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ جَائِزٌ

وَالرَّاجِحُ قَوْلُ الْجُمْهُورِ لِعَدَمِ الْوَلِيِّ

وَالْوَلِيُّ شَرْطٌ لِصِحَّةِ النِّكَاحِ

وَالصُّورَةُ الرَّابِعَةُ أَنْ يَكُونَ بِوَلِيٍّ وَمِنْ غَيْرِ شُهُودٍ

وَلَكِنْ يُعْلَنُ فِي مَكَانٍ وَيُكْتَمُ فِي مَكَانٍ

أَنْ يَكُونَ بِوَلِيٍّ وَمِنْ غَيْرِ شُهُودٍ

وَلَكِنْ يُعْلَنُ فِي مَكَانٍ وَيُكْتَمُ فِي مَكَانٍ

وَاحِدٌ سَافَرَ مِنَ الْإِمَارَاتِ إِلَى بَلَدٍ بَعِيدٍ

وَهُنَاكَ تَزَوَّجَ بِوَلِيٍّ لَكِنْ مِنْ غَيْرِ شُهُودٍ

وَأُعْلِنَ فِي الْأُسْرَةِ هُنَاكَ فِي ذَلِكَ الْبَلَدِ

أَنَّ فَلَانًا تَزَوَّجَ فُلَانَةً وَلَكِنَّهُ لَمْ يُعْلِنْهُ فِي الْإِمَارَاتِ

فَهُوَ مُعْلَنٌ فِي ذَلِكَ الْبَلَدِ مَكْتُومٌ فِي هَذَا الْبَلَدِ

لَكِنْ لَاحِظْ أَنَا قُلْتُ: بِدُونِ شُهُودٍ

وَهَذَا النِّكَاحُ حَرَامٌ وَبَاطِلٌ عِنْدَ الْجُمْهُورِ

هَذَا النِّكَاحُ حَرَامٌ وَبَاطِلٌ عِنْدَ الْجُمْهُورِ لِعَدَمِ الشُّهُودِ

وَجَائِزٌ صَحِيحٌ عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ وَالْإِمَامِ أَحْمَدَ فِي رِوَايَةٍ

مَادَامَ أَنَّهُ وُجِدَ فِيهِ الْإِعْلَانُ وَاشْتُهِرَ فَإِنَّهُ جَائِزٌ صَحِيحٌ

وَإِنْ كُتِمَ فِي بَلَدٍ آخَرَ

أَمَّا إِذَا كَانَ النِّكَاحُ بِوَلِيٍّ وَشُهُودٍ

وَأُعْلِنَ فِي مَكَانٍ وَكُتِمَ فِي مَكَانٍ

فَإِنَّهُ نِكَاحٌ صَحِيحٌ مَا أَعْرِفُ فِيهِ خِلَافًا

يَعْنِي إِذَا كَانَ النِّكَاحُ بِوَلِيٍّ وَشُهُودٍ وَأُعْلِنَ فِي مَكَانٍ

يَعْنِي فِي بَلَدِ مَثَلًا الزَّوْجَةِ أُعْلِنَ وَأَصْبَحَ مَعْرُوفًا

وَكُتِمَ فِي مَكَانٍ آخَرَ لِمَصْلَحَةٍ يَرَاهَا الزَّوْجُ

فَإِنَّهُ نِكَاحٌ صَحِيحٌ جَائِزٌ وَلَا أَعْلَمُ فِي هَذَا يَعْنِي خِلَافًا


Artikel asli: https://nasehat.net/lima-nikah-siri-menurut-tinjauan-islam-syaikh-sulaiman-ar-ruhaily-nasehatulama/